Bangkit Setelah Diusir Istri, Kisah Pria yang Bertahan Demi Anaknya
![]() |
| Gambar dibuat dengan Dreamina AI |
Bangkit Setelah Diusir Istriku, Novel Online Drama Rumah Tangga Bikin Nyesek
Seratus Ribu, Seorang Anak, dan Sebuah Takdir yang Mengejutkan
Tidak semua pria pergi karena ingin.
Sebagian pergi karena tidak lagi punya tempat untuk pulang.
Ilham berdiri di depan pintu rumahnya sendiri malam itu.
Di saku celananya, hanya ada selembar uang seratus ribu.
Di pelukannya, seorang anak kecil yang terus menangis, kelelahan, dan kebingungan.
“Pergi saja kalau memang tidak bisa menafkahi,”
kata istrinya sebelum pintu itu ditutup tanpa ragu.
Ketika Harga Diri Tidak Lagi Punya Nilai
Setahun menganggur sudah cukup untuk mengikis kesabaran siapa pun.
Apalagi bagi seorang istri yang setiap hari menghitung pengeluaran, sementara suaminya pulang dengan wajah lelah dan tangan kosong.
Ilham pernah berjanji.
Bahwa semua akan baik-baik saja.
Bahwa ia hanya butuh waktu.
Tapi waktu tidak selalu ramah pada orang yang sedang jatuh.
Malam itu hujan turun pelan.
Trotoar dingin menusuk kaki.
Anaknya tertidur sambil memeluk lehernya, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ilham menatap jalan kosong dan bertanya dalam hati:
“Apa benar aku sudah sejauh ini gagal sebagai seorang suami… dan ayah?”
Hidup yang Terasa Seperti Lelucon Kejam
Seratus ribu rupiah.
Itu cukup untuk makan sehari.
Atau bertahan dua hari dengan sangat irit.
Tapi bagaimana dengan besok?
Dan lusa?
Dan hidup yang masih panjang?
Ilham duduk di bangku pinggir jalan, mencoba menenangkan diri.
Saat itulah seseorang berhenti di depannya.
Seorang pria paruh baya.
Wajahnya tenang.
Matanya tidak menghakimi.
“Mas, kenapa malam-malam begini di luar, bawa anak kecil?”
Ilham tidak langsung menjawab.
Entah karena malu, atau karena sudah terlalu lelah untuk menjelaskan hidupnya sendiri.
Tawaran yang Mengubah Segalanya
Percakapan singkat itu berakhir dengan sebuah tawaran.
Bukan belas kasihan.
Bukan janji manis.
Sebuah kesempatan.
Ilham tidak tahu apakah ini jebakan, keberuntungan, atau memang takdir yang sedang bekerja dengan caranya sendiri.
Yang ia tahu hanya satu:
jika malam itu ia menolak, mungkin esok hari ia benar-benar tidak punya apa-apa.
Dan Ilham memilih bertahan.
Kesempatan Kedua Tidak Selalu Datang dengan Cara Indah
Hari-hari berikutnya tidak langsung mudah.
Kesempatan kedua bukan berarti hidup tiba-tiba sempurna.
“Apakah aku masih pantas untuk bahagia setelah diusir seperti ini?”
Dan ketika hidup mulai sedikit membaik…
takdir kembali mengetuk pintu dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan.
Seseorang dari masa lalunya datang dengan mata berkaca-kaca dan suara bergetar:
“Ilham… aku ingin kembali.”
Tapi Apakah Semua Orang Layak Mendapat Kesempatan Kedua?
Apakah penyesalan selalu datang di waktu yang tepat?
Atau hanya muncul ketika seseorang melihat bahwa yang dulu ia buang ternyata mampu bangkit?
Ilham kini harus memilih.
Bukan hanya untuk dirinya sendiri.
Tapi untuk anak kecil yang selalu ia gendong, bahkan saat dunia menolaknya.
Dan di sinilah kisah itu benar-benar dimulai.
Jika kamu pernah merasa:
Maka cerita ini mungkin akan terasa terlalu dekat.
(Beberapa bagian cerita sengaja tidak ditampilkan di blog.)
Terima kasih

Komentar
Posting Komentar